Jumat, 17 Mei 2013

PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT

PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT
Beberapa hari yang lalu Bapak Blasius Sudarsono, MLS melaunching sebuah buku berjudul Perpustakaan Untuk Rakyat. Buku tersebut menceritakan mengenai fungsi sesungguhnya perpustakaan untuk rakyat, buku tersebut juga mengangkat pembicaraan antara Bapak dan anak mengenai perpustakaan itu sendiri. Pada kuliah umum tanggal 11 maret 2013 lalu di Perpustakaan UIN SUKA Yogyakarta Pak Blasisus juga menyampaikan bahwa beliau merasa miris dengan adanya artikel-artikel mengenai perkembangan perpustakaan justru terdapat pada artikel berbahasa asing, oleh karena itu Pak Blasisus dibantu oleh Ratih salah seorang mahasiswanya di Universitas Indonesia menghadirkan buku berjudul Perpustakaan Untuk Rakyat yang dikemas seperti novel. Buku tersebut juga membahas mengenai Taman Baca Masyarakat (TBM) yang berada di Yogyakarta yang tentunya sudah melalui proses observasi sebelumnya.
Pada saat ini Yogyakarta mempunyai 234 TBM yang telah tersebar di berbagi penjuru. Tujuan TBM tersebut didirikan adalah untuk membantu masyarakat atau peserta pendidikan non formal dapat belajar membaca buku, selain itu juga untuk melestarikan budaya baca di lingkungan masyarakat terutama masyarakat yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan formal. Antara pustakawan dan pengelola TBM tidak seharusnya saling menyalahkan, sebaliknya mereka harus selalu rukun dan bekerjasama untuk membantu masyarakat. Sejatinya perpustakaan dan TBM mempunyai tujuan dan misi yang sama, yaitu membantu para pengguna untuk mendapatkan buku/informasi yang mereka butuhkan, oleh karena itu akan lebih baik apabila TBM dan perpustakaan saling bekerja sama demi mewujudkan tujuan tersebut.
Buku tersebut juga membahas masalah mengenai perpustakaan dan kepustakawanan. Kepustakawanan merupakan suatu pelayanan dan dilakukan secara professional. Menurut Bu Afia yang juga salah satu narasumber dalam kuliah umum menjelaskan bahwa pustakawan bukanlah pegawai buangan, pustakawan juga bukan orang yang hanya sekedar belajar mengenai klasifikasi (mengolah buku) tapi juga belajar bagaimana memahami kebutuhan para pengguna perpustakaan saat terjun dalam masyarakat. Memang sangat susah mengubah paradigma mengenai pustakawan saat ini yang hanya dikenal sebagai penjaga buku, oleh karena itu untuk ke depannya perlu ada pustakawan-pustakawan baru yang dapat mengubah paradigma tersebut. Kepustakawanan mempunyai 4 pilar, yaitu: (1) Pustakawan harus jadi panggilan hidup kita, bukan pandangan hidup; (2) Pustakawan harus menjadi semangat hidup kita sebagai pustakawan; (3) Pustakawan harus menjadi karya pelayanan dan (4) Harus dilaksanakan dengan professional. Selain itu kepustakawanan juga mempunyai 5 sila yang terdiri dari :
1)      Harus bepikir positif
2)      Membaca
3)      Menulis: menulis merupakan salah satu bentuk syukur atas karunia alam, dan untuk melestarikannya salah satu caranya adalah dengan cara menulis.
4)      Kemampuan Enterprenuer : pustakawan selalu menganggap dirinya tidak dihargai, maka dari itu pustakawan harus memiliki kemampuan sebagai entrepreneur supaya pustakawan dapat dihargai. Salah satu contohnya adalah dengan menulis, selain dapat mendapatkan uang dari hal tersebut pustakawan yang menjadi penulis akan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat.
5)      Etika : hal ini perlu, karena hal ini berkaitan sangat erat dengan moral seseorang.
Apabila berbicara mengenai perpustakaan sama halnya bebicara mengenai manusia, karena manusia yang berperan besar dalam perpustakaan. Pada intinya sebuah perpustakaan dapat berjalan dengan baik tergantung pada pustakawannya, apabila pustakawan mengelola perpustakaan dengan baik maka perpustakaan tersebut akan menjadi baik, dan begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan pustakawan yang baik itu sendiri harus ada interaksi atara kemauan dan kemampuan, karena kemauan dan kemampuan berperan sangat penting dalam memajukan suatu hal termasuk pribadi seseorang.
Salam Pustakawan

 
Flinn - Adventure Time