PERPUSTAKAAN
UNTUK RAKYAT
Beberapa hari yang lalu
Bapak Blasius Sudarsono, MLS melaunching sebuah buku berjudul Perpustakaan
Untuk Rakyat. Buku tersebut menceritakan mengenai fungsi sesungguhnya
perpustakaan untuk rakyat, buku tersebut juga mengangkat pembicaraan antara
Bapak dan anak mengenai perpustakaan itu sendiri. Pada kuliah umum tanggal 11
maret 2013 lalu di Perpustakaan UIN SUKA Yogyakarta Pak Blasisus juga menyampaikan
bahwa beliau merasa miris dengan adanya artikel-artikel mengenai perkembangan
perpustakaan justru terdapat pada artikel berbahasa asing, oleh karena itu Pak
Blasisus dibantu oleh Ratih salah seorang mahasiswanya di Universitas Indonesia
menghadirkan buku berjudul Perpustakaan Untuk Rakyat yang dikemas seperti
novel. Buku tersebut juga membahas mengenai Taman Baca Masyarakat (TBM) yang
berada di Yogyakarta yang tentunya sudah melalui proses observasi sebelumnya.
Pada saat ini
Yogyakarta mempunyai 234 TBM yang telah tersebar di berbagi penjuru. Tujuan TBM
tersebut didirikan adalah untuk membantu masyarakat atau peserta pendidikan non
formal dapat belajar membaca buku, selain itu juga untuk melestarikan budaya
baca di lingkungan masyarakat terutama masyarakat yang tidak mempunyai latar
belakang pendidikan formal. Antara pustakawan dan pengelola TBM tidak
seharusnya saling menyalahkan, sebaliknya mereka harus selalu rukun dan
bekerjasama untuk membantu masyarakat. Sejatinya perpustakaan dan TBM mempunyai
tujuan dan misi yang sama, yaitu membantu para pengguna untuk mendapatkan
buku/informasi yang mereka butuhkan, oleh karena itu akan lebih baik apabila
TBM dan perpustakaan saling bekerja sama demi mewujudkan tujuan tersebut.
Buku tersebut juga
membahas masalah mengenai perpustakaan dan kepustakawanan. Kepustakawanan
merupakan suatu pelayanan dan dilakukan secara professional. Menurut Bu Afia
yang juga salah satu narasumber dalam kuliah umum menjelaskan bahwa pustakawan
bukanlah pegawai buangan, pustakawan juga bukan orang yang hanya sekedar
belajar mengenai klasifikasi (mengolah buku) tapi juga belajar bagaimana
memahami kebutuhan para pengguna perpustakaan saat terjun dalam masyarakat.
Memang sangat susah mengubah paradigma mengenai pustakawan saat ini yang hanya
dikenal sebagai penjaga buku, oleh karena itu untuk ke depannya perlu ada
pustakawan-pustakawan baru yang dapat mengubah paradigma tersebut.
Kepustakawanan mempunyai 4 pilar, yaitu: (1) Pustakawan harus jadi panggilan
hidup kita, bukan pandangan hidup; (2) Pustakawan harus menjadi semangat hidup
kita sebagai pustakawan; (3) Pustakawan harus menjadi karya pelayanan dan (4)
Harus dilaksanakan dengan professional. Selain itu kepustakawanan juga
mempunyai 5 sila yang terdiri dari :
1) Harus
bepikir positif
2) Membaca
3) Menulis:
menulis merupakan salah satu bentuk syukur atas karunia alam, dan untuk
melestarikannya salah satu caranya adalah dengan cara menulis.
4) Kemampuan
Enterprenuer : pustakawan selalu menganggap dirinya tidak dihargai, maka dari
itu pustakawan harus memiliki kemampuan sebagai entrepreneur supaya pustakawan
dapat dihargai. Salah satu contohnya adalah dengan menulis, selain dapat mendapatkan
uang dari hal tersebut pustakawan yang menjadi penulis akan menjadi lebih
dikenal oleh masyarakat.
5) Etika
: hal ini perlu, karena hal ini berkaitan sangat erat dengan moral seseorang.
Apabila berbicara
mengenai perpustakaan sama halnya bebicara mengenai manusia, karena manusia
yang berperan besar dalam perpustakaan. Pada intinya sebuah perpustakaan dapat
berjalan dengan baik tergantung pada pustakawannya, apabila pustakawan
mengelola perpustakaan dengan baik maka perpustakaan tersebut akan menjadi baik,
dan begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan pustakawan yang baik itu sendiri
harus ada interaksi atara kemauan dan kemampuan, karena kemauan dan kemampuan
berperan sangat penting dalam memajukan suatu hal termasuk pribadi seseorang.
Salam Pustakawan
0 komentar :
Posting Komentar